21 September 2008

http://www.menwaunimal.multiply.com

SUKA DUKA

PENDIDIKAN DASAR MILITER MENWA MAHADASA

DODIK BELA NEGARA, RINDAM IM MATA IE

BANDA ACEH

Berawal dari hobi suka segala hal yang berbau militer dari senjata, seragam, latihan-latihannya, operasi-operasi dll, gw putuskan langsung mendaftar ketika liat spanduk pendaftaran resimen mahasiswa. Pengen nyicip pendidikan militer, nyari teman, latihan memimpin & dipimpin, menguji mental dan fisik juga sih sebenarnya. Agak capek..tapi menyenangkan......

Pengalaman ikut diklatsar mil menwa ini bakal jadi pengalaman yang ga bisa dilupakan kayanya. Belehlah dibilang kondisi yang paling ekstrim yang pernak gw alami. Pengen rasanya pengalaman ini gw bagi, mumpung belum lupa. Semoga bermanfaat.

Dimulai dari sebelum diksar kami semua ikut kegiatan kegiatan pra diksar contohnya rapelling di gedung kampus, latihan fisik rutin dll, kemudian masing masing ditest fisik lari dan restock, juga ditest kesehatan ala militer dari mata sampai seluruh tubuh ditelusuri satu-satu sampai harus telanjang bulat, sempet kaget juga sih emang gini orang militer ngetest kesehatan rupanya nggak kayak biasanya yang paling Cuma meriksa tensi dll. Demi keseragaman yang laki2 juga wajib potong rambut sesuai standar, gila juga Cuma sekitar 2 mili, nyaris plontos kepala.

Sebelum berangkat kita dipinjami perlengkapan tempur, seperti tas T45 yang kotak tapi bener2 keren menurutku, army banget modelnya, misting tempat makan, vedples tempat minum, kopel ikat pinggang sampai baju PDL, ada beberapa perlengkapan yang harus dilengkapi sendiri macam sepatu dll, karena dikoordinir bareng sih ngga terlalu susah ngumpulin kelengkapan. Oh ya mmasing masing harus sedia minyak komando yaitu minyak goreng dengan cincangan bawang merah didalamnya untuk meminyakki kaki agar tidak lecet sewaktu pakai sepatu boot PDL.

Hari keberangkatan kita berangkat ke cikole tempat latihan depo pendidikan militer. Kami satu kompi pasukan terdiri dari 24 pria dan 5 orang wanita berangkat naik truk tentara walau masih belum kenal semua tampak bahagia naik truk sama-sama masih belum tahu apa yang menunggu kita disana ,hehe.
Di perjalanan truk tiba-tiba berhenti, kita disuruh turun dan melanjukan perjalanan dengan jalan kaki, setengah berlari menuju depo pendidikan. Setelah berjalan lumayan jauh kami masuk ke depo pendidikan lewat pintu belakang tidak lewat provost. Dibariskan dan mengisi biodata, sebelum masuk ke barak kami diberikan juksis atau peraturan selama pendidikan oleh guru militer (gumil). Malam pertama kami nikmati dengan tidur pulas, menikmati barak militer yanng ternyata jauh dari kesan seram.

Pagi-pagi kami masih dibangunkan oleh suara azan subuh, pergerakan selama di depo pendidikan harus beregu, berbaris rapi mobilisasi dilakukan dengan berlari. Sekembalinya dari salat subuh kami langsung diperintahkan untuk segera latihan fisik pagi, yang spesial adalah binsik dilakukan dengan memakai jaket kulit alias telanjang dada bagi yang cowok, sempet kaget juga sih, udara di cikole khan dingin banget apalagi buat yang baru datang, alhasil kami semua berbaris dengan menggigil. Binsik diawali dengan lari 4 keliling kompleks perumahan militer, pemenasan dan latihan kekuatan seperti push up, sit up dll, dan tidak lupa gerakan favorit ... jalan jongkok... bener2 hampir setengah mati itu nahan pegelnya. Gak nyangka juga ternyata kegiatan seperi ini dilakukan setiap hari, bahkan sehari tiga kali. Bina fisik pagi, binsik siang, binsik malam. Ujian bagi mental kami masing-masing. Paling menyiksa adalah binsik siangdibawah sengatan sinar mentari, kami olahraga, terkadang juga dengan telanjang dada (yg Putri ...ngak donk), diatas lapangan aspal hitam yang sudah panas dengan sinar matahari. Tubuh kami serasa digoreng diatas aspal ketika merayap, meringis menahan panas.

Sehabis binsik kami diberikan kesempatan bebersih sekitar 15 menit sebelum persiapan makan. Makanan dibagi di misting masing masing. Lagi-lagi kami` dibuat shock dengan makan hanya dalam 20 hitungan, ada konsekuensi bagi yang lambat, push up atau sit up. Disini yang sudah selesai harus membantu yang belum. Biasanya gw yang suka memanfaatkan momen makan gratis tapi kalo begini caranya akhirnya ga bisa makan banyak2. Nggak disangka juga selama pendidikan makan tiga kali sehari dengan metode seperti ini. Tiba-tiba waktu makan bukan menjadi saat yang ditunggu2 lagi. Agak tersiksa juga dengan makan tanpa dikunyah. Makin lama peraturannya makin ketat, tidak boleh bungkuk dengan menjaga pisang atau sendok ditaruh diatas kepala jangan sampai jatuh, kalau jatuh ya konsekuensinya pushup 3 seri ( 1 seri= 10x). Suatu saat ketika ditengah makan tiba-tiba disuruh berhenti dan kita disuruh rotasi misting, hoeks kita makan makanan bekas orang lain, nasi bekas, daging ayam bekas gigitan, sendok bekas air liur, rasanya mau muntah juga kalo dibayangkan. Namun mulai saat itulah kami tiak canggung lagi bertukar air liur satu-sama lain termasuk siswi-siswinya.

Hari pertama kami masing masing dipersenjatai senapan M1 Garrand, US rifle mirip seperti yang di game call of duty, semi otomatis, popor kayu cukup berat juga, sampai dibarak kami coba utak atik itu senjata. Keren juga walaupun senapan PDII kami bidik lewat pisir O-nya mantab. Barang barang di tas kami dipindahkan semua kedalam lemari barak. Sempet bahagia dengan beban tas yang berkurang. Namun tiba-tiba ada perintah harus memenuhi tas kami dengan tanah, walhasil tas kami semua malah jadi tambah berat.

Materi pertama kami adalah PMO (Pengenalan Medan orientasi) kami dikenalkan tempat2 di depo pendidikan namun dengan cara ekstrim. Perpindahan dari satu tempat-ketempat lain dilakukan dengan berlari, jalan jongkok, merayap dan berguling tergantung instruksi, melelahkan sekaligus membuat kami shock dengan materi hari pertama. Kami juga melakukan PMO duluar depo di kubangan lumpur kami merayap. Melakukan penyamaran dengan lumpur, sebelum kembali kami melakukan pembersihan disungai yang jernih. Hari-hari di depo pendidikan kami lalui dengan binsik rutin pagi siang malam, dilanjutkan dengan makan pagi siang malam dengan metode yang sama. Sehari-hari kami diberikan materi dikelas dan dilapangan, dari pengjatri (Pengetahuan Senjata Ringan) berupa teori dan praktik bongkar pasang m16 dan pistol FN10. PPM (Peraturan Penghormatan militer), PBB (peraturan baris-berbaris) upacara militer, Bela diri Militer dilapangan, Renang militer, Navigasi darat, Taktik regu senapan, Strategi anti gerilya, teori survival dan teori caraka.

Salah satu materi yang menguji mental adalah caraka, praktik caraka yang dilakukan adalah caraka malam dengan melewati kegelapan dengan senjata dan ransel kita membawa pesan yang harus disampaikan, banyak yang lupa pesan. Melewati setiap rintangan pos, kuburan, ditakut-takuti. Senjata dengan licik direbut oleh musuh. Jika begitu matilah kita semua. Setiap saat di depo pendidikan kita harus selal siap dengan posisi stealing yaitu ketika ada alarm serangan musuh kita harus siap diposisi masing masing dengan perlengkapan lengkap. Entah mengapa pada malam itu kami hampir semua lupa dengan kelengkapan masing masing. Matilah kita semua. Konsekuensinya adalah diguyur air dingin 2 ember penuh ditengah malam cikole yang super dingin ditambah dicelup dikolam lumpur alias kolam suci, ngga nyangka pelatih tega nian.

Hari-hari terakhir di depo pendidikan diselesaikan dengan HTF yang berisi serangkaian test tentang materi yang sudah kita pelajari. Guru militer sudah semakin akrab tidak sekeras dulu waktu pertama kali. Hingga pelepasan dilangsungkan di seputaran gunung batok. Kami sadar bakal akan ada yang lebih menguji mental sedang menunggu kami semua. Selamat tinggal depo pendidikan, selamat tinggal bapak-bapak gumil yang baik.

Usai sudah pendidikan di depo bela negara dilanjutkan dengan operasi-operasi yang harus dijalani untuk bertahan dan menyerang musuh. Setelah pelepasan kami langsung dimobilisasi ke tempat kami berbivak (kemah dengan ponco) di tengah hutan pinus tangkuban perahu. Malam-malam selanjutnya akan kami lewati dengan tidur dengan beratapkan bivak. Malam pertama dihutan terasa dingin dan dengan terpaksa kami tidur saling berpelukan

Pagi berikutnya turun surat perintah operasi patroli hutan gunung, mendaki tangkuban perahu menelusuri hutan pinus. Sepanjang perjalan harus siap dengan posisi stealing saling melindungi, tiarap dengan pisir terbidik kearah luar. Perjalanan singgah di kawah domas sambil membawa perlengkapan lengkap helm baja, tas ransel dan senjata M1 garrand kami sempat singgah di lorong hantu. Perjalanan dilanjutkan menelusuri kuburan cina yang sangat luas, saking panjangnya perjalanan sampai-sampai muak juga melihat lautan kuburan untung saja ada alarm stealing yang berbunyi mendadak disaat-saat tertentu, kalau tidak pasti sudah tersiksa oleh rasa bosan yang mengiringi perjalanan panjang ini. Di tendang dan dipukul helm sudah menjadi hal yang biasa diperjalanan supaya kami tetap sadar dan fokus memang seharian kami longmarch kemungkinan pikiran melayang sangat besar.

Akhirnya longmarch panjang hari itu berakhir di kaki gunung batok, bivak pun kembali didirikan diantara pohon-pohon teh untuk bermalam, mulai hari itu logistik diberikan dalam bentuk makanan mentah. Kami harus memasak beras, telur, ikan asin beregu sebelum makan. Kami sadar malam itu akan ada pergerakan mendadak, beruntung beberapa orang masih terjaga dan msing-masing segera membereskan bivak bersiap berjalan karena turun suat perintah operasi baru. Ternyata SPO selanjutnya adalah perintah caraka. Caraka kedua kali ini menelusuru gelapnya semak2 hutan. Jalan-jalan setapak tengah hutan yang sempit rentan terhadap serangan maka masing-masing berjalan dengan penuh waspada.

Di ujung caraka kami langsung diperintahkan untuk tidur menggantung diatas pohon (ngalong). Dengan harness terikat di dahan dan pinggang masing-masing. Belum lama menikmati tidur di atas pohon, Surat perintah baru turun untuk bertahan dihutan logistik terputus, harus mempertahankan hidup di hutan (survival). Pagi itu eksplorasi mencari makanan dilakukan, untuk sumber air lancar ada sungai jernih mengalir , makanan hanya batang pisang, biji-bijian petai cina, pakis, beberapa ada yang makan kecebong, serangga capung. Ternyata teori survival yang kami dapatkan sangat jauh dari kenyataan, tidak banyak yang bisa dimakan dihutan. Dengan kondisi kelaparan, lemas karena gula darah rendah, malam itu ada stealing mendadak. Kami semua dihukum celup disungai dan harus merasakan dinginya kehujanan dengan direndam air sungai yang dingin.

Pagi harinya kami kehabisan ide untuk makan, semua bagian telakh dieksplorasi. Akhirnya datang pelatih dengan membawa ular sanca, walhasil mau tidak mau kami makan daging ular. Salah satu tujuannya adalah untuk menghangatkan badan agar tidak hipotermia. Pagi harinya akhirnya evakuasi dilakukan, SPO baru turun, logistik kembali berjalan. SPO baru adalah kompas siang, pergerakan beregu. Menelusuri garis lurus menerobos medan hingga ke tempat pemandian mata ie. Lumayan jauh juga, namun pergerakan beregu membuat kami lebih fleksibel menentukan jalan dan waktu beristirahat. Sampai di tujuan, setelah letih berjalan masih harus mobilisasi ke tempat berbivak yang ternyata masih jauh. Disebuah bukit, di lahan miring kami berbivak.

Pagi hari turun SPO baru. SPO selanjutnya adalah patroli jalan raya. Ini merupakan operasi paling melelahkan, seharian kami berjalan menelusuri jalan raya, tak jarang kami disuruh berlari merapatkan jarak dengan orang didepan. Di tengah terik matahari yang menyengat, Debu jalan raya. Melewati perumahan Pamen Japakeh. Air minum dibatasi hanya seteguk untuk setiap sekitar 5 kilometer istirahat. Benar-benar menguji mental, sambil membawa Helm baja berat dikepala, tas berat dipunggung, senjata popor kayu yang terasa berat ditangan. Rasa syukur timbul ketika beristirahat sejenak diberikan seteguk air. Atau ketika disiram seciduk air ditengah panas terik, tubuh. Akhirnya hari yang panjang itu berakhir juga di tempat berbivak selanjutnya. Kaki kaki mulai cedera lecet bergesekan dengan sepatu kulit sepanjang hari. Pelajaran hari ini adalah, sebuah perjalanan panjang sebenarnya hanya terdiri melangkahkan kaki kiri dan kaki kanan secara konsisten dan perayalah semua badai pasti berlalu.

Tak disangka tempat kami bermalam selanjutnya adalah tempat yang ekstrim berupa pulau ditengah rawa yang haru dilalui dengan melewati air payau setinggi dada. Rasa perih mulai menerpa luka-luka lecet kami. Kami hanya bisa meringis menahan sakit. Pagi itu turun perintah SPO operasi rawa laut , sudah bisa ditebak kami harus patroli menelusuri rawa berair asin. Dengan terkadang diselingi lumpur hisap yang menahan kaki kami untuk melangkah. Belum lagi ditambah alarm stealing yang mengharuskan kita menahan nafas didalam air agar tidak terlihat musuh. Perjalanan peneluasuran rawa ini juga memakan waktu hampir seharian seperti operasi-operasi sebelumnya. Hati kami percaya operasi selelah apapun pasti akan berakhir. Walau belum melihat debur ombak hati sudah agak terhibur dengan menginjakan tanah pasir di tempat berbivak, artinya kita sudah dekat laut dam misi akan segera berakhir.

SPO selanjutnya bisa jadi merupakan operasi paling mengasyikkan, hari itu untuk pertama kalinya kami melihat laut. Operasi patroli pancang laut dengan perahu karet bsd kami mendayung ketengah laut dengan tetap siaga dengan alarm stealing. Semua awak harus masuk ke air, perahu karet harus dibalik dan semua kepala harus berlindung dibawah berahu yang terbalik. Sore itu kami dikembalikan ditempat berbivak

Malamnya kami sudah punya firasat akan ada operasi malam, benar saja ada SPO telusur rawa malam , dengan penglihaan terbatas kami harus berjibaku kembali dengan lumpur. Cukup melelahkan juga memang. Sesampainya dipantai kami melakukan gerakan gerakan seperti saat PMO dulu, Jalan jongkok sampai Pegal, Merayap dengan jarak yang cukup melelahkan. Kami berdiri menghadap kelaut dengan melantunkan lagu syukur yang mengharukan.

Ketika balik kanan kami sudah disambut dengan api unggun raksasa dan kembang api, yeah pembaretan sudah didepan mata. Benar saja sehabis itu logstik tiba-tiba memanjakan kami dengan berbagai makanan ringan yang sudah lama tidak kita makan. Kita makan sampai puas.

Upacar pembaretan dihadiri oleh orang tua masing-masing mengharukan setelah hampir 20 hari disiksa dan dianiyaya (hiperbol dikit) bertemu orangtua tumpahlah air mata. Pembaretan dilakukan orangtua masing-masing. Sehabis pembaretan semua makan ikan bakar all you can eat sepuasnya. Rasa sesal yang selama ini meliputi kami mendadak hilang tergantikan oleh rasa puas dan bangga telah menaklukkan musuh terberat yang selama diklatsarmil ini kita lawan yaitu.... My Self.

0 komentar: